Sunday, November 30, 2014

Terperangkap Senyummu

Aku terperangkap dalam senyummu
Satu detik, dua detik, tiga detik
Kau sihir aku. terlena, terpana
Mengalir seperti racun di dalam jiwa

Membunuh setiap senduku
Mengundang kupu-kupu
dan bunga-bunga beriringan dengan langkahku
Mengalun indah seperti lagu

Lagu dengan sejuta syair penggugah jiwa,
penenang hati, dan penyembuh luka
Bukan untaian kata yang megah
Sederhana tapi istimewa

Seistimewa senyummu

Don't be yourself

Satu sahabatku pernah mengatakan, “don’t be yourself, but be the best of yourself”. Mungkin itu memang benar, kita selalu berusaha menjadi diri sendiri namun terkadang kita malah melukai orang lain dengan diri kita sendiri. Ketika menjadi diri sendiri kita akan lebih cenderung egois dan menganggap orang lain tidaklah terlalu penting, yang terpenting adalah bagaimana kita melakukannya dengan cara kita sendiri. Namun ketika menjadi yang terbaik dari diri kita sendiri, dan kita benar-benar melakukannya kita akan selalu menyelipkan “orang lain” dalam setiap keputusan yang kita ambil. Bukan melakukan sesuatu yang hanya membahagiakan diri kita, tapi melakukan sesuatu yang akan membahagiakan orang lain. Dan kamu tahu rasanya? Lebih dari sebuah kata bahagia. Dari yang pernah aku baca, ketika kita merasa terpuruk dan terperangkap dalam kubangan kesedihan maka cara terbaik untuk menolong diri kita adalah dengan memulai untuk menolong orang lain. Mungkin ini juga merupakan salah satu makna tersirat dari sebuah kalimat seorang pengusaha sukses, beliau berkata “doakan dan pikirkan lah nasib orang lain, maka mungkin dengan begitu Tuhan akan berkenan untuk mendengarkanmu lebih”. Tersentuh atau tidak? Cobalah
Dramaga, 18:13 wib (ditemani suara jangrik)

Tuesday, November 11, 2014

Kupu-Kupu Biru



Siang itu terasa teduh, mungkin matahari sedang enggan menunjukkan sinarnya yang menghangatkan. Semua sudah siap, kakiku bergegas menuju kampus hijauku. Setiap jengkal yang kutapaki di jalan kecil itu akan menjadi kenangan, sebuah sejarah perjalanan. Mungkin di jam-jam seperti itu bukan waktu yang tepat untuk diisi dengan perkuliahan. Ya, jam ngantuk yang akan menyihir siapapun yang mencoba bertahan menerima pelajaran. Ramai lalu lalang calon-calon sarjana muda di sepanjang jalan yang membatasi pemukiman penduduk dengan kampus hijau itu. Jalan itu sudah seperti pasar, menjual berbagai macam keperluan mahasiswa. Jalan itu tak pernah sepi, bahkan di kala malam tiba. Aku senang melihat setiap orang yang melewati jalan itu, di sana tersimpan berjuta kenangan. Persahabatan, percintaan, dan kekeluargaan, tertata begitu abstraknya. Seabstrak suasana yang mengalir menjadi irama yang memiliki keindahan di setiap notnya. Aku mempercepat langkahku, jam menunjukkan waktu perkuliahan akan segera dimulai. Ada sebuah pintu yang menjadi penghubung apa yang ada di dalam dan luar kampus hijau itu. Pintu itu selalu terbuka tak pernah tertutup untuk siapapun. Seperti hatiku yang selalu terbuka untuk siapapun yang mau menerima aku apa adanya. Siang itu, untuk pertama kalinya aku melihat keindahan yang tak bisa hilang dari ingatanku hingga saat ini. Seekor kupu-kupu biru yang cantik, sekejap ia memesona kedua indera peglihatanku. Kedua bola mataku terus mencari-cari kemana perginya kupu-kupu biru itu. Tapi ia terus terbang dan menghilang entah kemana. Aku melanjutkan perjalananku menuju kelas. Kejadian itu mengingatkanku pada seseorang, aku tak tahu mengapa harus dia yang muncul. Aku rasa aku pernah melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan kupu-kupu itu padaku. Suatu hari di jam dan kondisi yang sama, aku berjalan melewati pintu itu dan dari kejauhan aku melihat pria yang membuatku jatuh hati.  Aku tak ingin menatapnya, aku tak ingin memberikan senyumanku padanya, aku tak ingin menyapanya terlebih dahulu. Aku berlalu begitu saja, dan aku merasa dia menyadari aku berjalan melewatinya. Ia menoleh dan berhenti sejenak, namun aku tidak menoleh sedikitpun. Aku bisa merasakannya, dia memandang jauh punggungku dari tempatnya berdiri. Sejujurnya aku ingin menatapnya, menoleh, menyapa dan memberi senyuman terbaikku tapi aku tak bisa lagi. Hari itu aku memesonanya, membuatnya menghentikan langkahnya hanya untuk mengenali diriku. Mungkinkah aku selalu memesonanya? Aku hanya mendengar lelucon bahwa dia memandangiku setiap aku melewatinya. Mungkin itu memang hanya sebuah lelucon, dan angan itu, anganku memesonanya akan tetap terbang tinggi dan menghilang seperti kupu-kupu biru itu. Dan aku tak tahu kapan aku bisa bertemu dengan kupu-kupu biru itu lagi. Birunya kupu-kupu itu, sebiru rinduku padanya.

Wednesday, November 5, 2014

Tentangmu dalam diamku

Ya, selalu dan selalu tentangmu. Setiap melihatmu seolah aku ingin waktu berhenti berdetak dan biarkan aku datang padamu. Memandangi setiap detail wajahmu, mengingatnya, dan melukisnya  dalam hatiku. Aku benar-benar jatuh hati dan kini aku sembunyi dalam diamku. Aku ingin membagi rasaku pada dunia, agar mereka bisa menikmati indahnya jatuh hati. Tapi aku tak bisa, mungkin akan ada yang terluka, bisa saja itu aku.
Kalau ada yang bilang bahagia itu sederhana, maka bahagia yang ku rasa karena ku jatuh hati walau dalam diamku, itu bahagia. Kita berada di bawah langit yang sama, walau kau tak bisa menemukanku dalam kerumunan, tapi aku selalu bisa menemukanmu. Radarku tergerak begitu saja, semua indraku tertuju padamu. Aku bahagia, walau hanya bisa menikmati sejuk indah tatapanmu dari kejauhan. Dan aku bahagia, walau hanya bisa menikmati senyumanmu, yang kau bagikan pada orang lain.
Sesederhana itu, dalam diamku. Aku lelah bila harus terus mencarimu. Kini biarkan alam yang menuntunmu padaku. Biarkan hembusan angin yang sampaikan salam rinduku padamu. Biarkan kicauan burung yang sampaikan semangat pagimu dariku. Biarkan sejuknya hujan yang sampaikan bahwa aku terkadang menangis mengingatmu. Biarkan teriknya mentari yang sampaikan salam hangatku padamu. Biarkan manis romansa mewarnai hariku dalam khayalku. Biarkan aku begitu saja, sampai aku jenuh dan melupakan rasaku.
Sekuat aku melawan rasa, semakin terasa kehampaan yang menyiksa. Semakin dan semakin aku tak bisa lupa. Seperti ini lah aku, yang hanya bisa membagi ceritaku pada keheningan, mengawang-awang dalam diam. Hingga akhir waktuku telah sampai, aku ingin kau tahu semua ini. Tak peduli apakah kau akan membalasnya atau tidak, tapi bahagiaku sesederhana, begitu kau tahu apa yang sesungguhnya. Dan aku berterimakasih, karna Tuhan telah titipkan rasa yang indah di hatiku padamu. Walau rasa itu tertata rapi dalam diamku.

Monday, November 3, 2014

Aku Mencari dan Terlupakan

Aku seperti tak mengerti, untuk apa dan siapa aku bertahan hidup.Iini bukan tentang hubunganku dengan tuhan. Tapi ini tetang aku dan orang lain, bukan satu orang, tapi semua orang. Aku seperti bukan lah diriku, bahkan aku tak tahu siapa diriku. Apa aku memang tak pernah memikirkan diriku? aku hanya mengkhawatirkan orang lain? tidak itu bukan aku. Bukan mereka yang bersalah, bukan mereka yang tidak mengerti, bukan meerka yang tidak bisa memahami. Hanya aku yang terlalu banyak menuntut dan terlalu egois, kita semua punya kehidupan masing-masing tapi aku seolah hanya mementingkan diriku sendiri. Aku berubah menjadi dingin, seolah mentari dalam duniaku telah mati karena kedinginanku. tidak akan ada lagi bunga-bunga indah yang bermekaran berwarna-warni menghiasi setiap jejak langkahku nanti. Tidak akan ada lagi senyum megah yang tersungging untuk menyapa setiap mereka  yang ku temui.
Aku kehilagan segalanya yang telah aku dapatkan dari mereka kehangatan, keceriaan, kebahagiaan, bahkan setiap duka dan tangisan. Dan aku seolah terjebak  dalam lingkaran tak berujung dan aku tak bisa kembali. Aku terlalu malu dan takut dan gelisah dan ragu, akankah kalian bisa menerimaku yang seutuhnya. Dengan semua yang ada pada diriku, apa kalian akan mencoba memahami aku yang tak pernah sekalipun memahami kalian.
Kalian adalah pelangiku, yang menghilang, seperti terhapus hujan yang tiba-tiba menjadi badai. Aku butuh naungan untuk berlindung dari dinginnya rintikkan hujan, aku butuh kalian. Dan sekarang aku  mencari, mencari apa yang tidak ingin ditemukan olehku. Aku terlalu merindu, dan merindu, dan merindu setiap detail bagian yang perlahan pergi, menghilang dan tinggal aku sendiri yang mencari.
Tahukah kalian, aku masih menunggu, menunggu seseorang datang padaku yang kesepian. Aku takut sendirian, kegelapan, dan aku benci perpisahan. Aku tahu kalian mungkin benci terhadap semua yang telah ku lakukan pada kalian. Aku tahu mungkin kalian akan terus menghindar. Dan aku akan selalu kembali dalam keheningan. Maafkan aku  yang tak bisa mengerti setiap amarah dan isi hati kalian, maafkan aku yang pernah ada di hidup kalian. Tapi aku  mencoba untuk menjadi yang terbaik di hadapan kalian. Maafkan aku yang menjadi debu dalam hidup kalian, bahkan maafkan aku jika pada kenyatannya aku adalah kegagalan yang kalian pilih. Sampai napasku berhenti berhembus, jika aku bisa akan aku perbaiki apa yang telah ku rusak dan ku usik dalam hidup kalian. Walau sampai kapanpun luka yang telah ku goreskan tak kan pernah hilang.
Sesungguhnya hati kecilku ini ingin bicara, bahwa kalian tak pernah terganti dan kalian akan selalu di hatiku. Walau aku harus menunggu seumur hidupku agar kalian percaya.
Terbayang setiap kali kalian tersenyum, membuat degup jantungku berirama riang. semua yang terlihat di mataku, selalu mengingatkanku pada kalian. Tapi aku masih mencari dan mencari settiap kesalahan yang bahkan tak penah kalian lakukan, agar aku terlupakan. Aku mencari dan hilang, dan tak seorang pun kan datang.